Saya Prajuritnya!
kisahdunia-yubus.blogspot.com
Yubus ID
Unsur Kisah
- Cerpen (1)
- Kisah Islam (1)
- Muka Manisku (1)
- Puisi (4)
Air Didasar Gelas Arak | 19.45 |
seruan (0)
Filed under:
Puisi
|
Air Didasar Gelas Arak
Coretan Virqi Wahyuning Bianti
Setiap perjalanan selalu ada ujungnya
Merujam segala hantaman
Diderai oleh jiwa yang membara
Ketika api menyala dan siap melahap mangsa setiap detik-detik waktunya
Sampai waktupun berikan jalannya
Sesuatu yang berarti terjerumus menuju lubang penderitaan
Dimana siksaan menyayat batin
Menyiksa jiwa yang tak berdosa
Semua berontak …
Semua menjerit …
Semua menangis …
Bila waktu berputar balik
Semua akan memilih tuk jauh dari gerbang kesesatan
Sebab dunia menjadi hampa karenanya
Sunyi karena genggamannya
Tak berarti,
Sungguh tak berarti jalani hidup dalam kekalahan
Dalam kebohongan, betapa semakin tak berarti
Semakin terpuruk dan terus menghilang, lenyap,
Menjadi kelam penuh kesakitan
Hingga kini kerinduan menghampiri,
Tuk menjumpai padang rumput hijau yang membentang
Penuh ketenangan, kebebasan, dan ketentraman,
Serta birunya langit yang menghiasi angkasa
Sungguh rindu
Dan tuk tatap jumpa dengan pesona indahnya dunia
Yang kini berubah menjadi kegelapan dalam kesalahan
Dan menghilang di tengah ketidakbergunaan
Ingin bebas namun terlambat
Hidup ini terasa bagai air di dasar gelas arak
Sakit dan menyiksa
Di dalam dunia ancaman
Semua ingin bebas tuk rasakan dunia keindahan
Semua rindu,
Rindu tuk kembali dalam dunia kehijauan,
Bukan tuk hinggap dalam dunia kesengsaraan
Coretan Virqi Wahyuning Bianti
Setiap perjalanan selalu ada ujungnya
Merujam segala hantaman
Diderai oleh jiwa yang membara
Ketika api menyala dan siap melahap mangsa setiap detik-detik waktunya
Sampai waktupun berikan jalannya
Sesuatu yang berarti terjerumus menuju lubang penderitaan
Dimana siksaan menyayat batin
Menyiksa jiwa yang tak berdosa
Semua berontak …
Semua menjerit …
Semua menangis …
Bila waktu berputar balik
Semua akan memilih tuk jauh dari gerbang kesesatan
Sebab dunia menjadi hampa karenanya
Sunyi karena genggamannya
Tak berarti,
Sungguh tak berarti jalani hidup dalam kekalahan
Dalam kebohongan, betapa semakin tak berarti
Semakin terpuruk dan terus menghilang, lenyap,
Menjadi kelam penuh kesakitan
Hingga kini kerinduan menghampiri,
Tuk menjumpai padang rumput hijau yang membentang
Penuh ketenangan, kebebasan, dan ketentraman,
Serta birunya langit yang menghiasi angkasa
Sungguh rindu
Dan tuk tatap jumpa dengan pesona indahnya dunia
Yang kini berubah menjadi kegelapan dalam kesalahan
Dan menghilang di tengah ketidakbergunaan
Ingin bebas namun terlambat
Hidup ini terasa bagai air di dasar gelas arak
Sakit dan menyiksa
Di dalam dunia ancaman
Semua ingin bebas tuk rasakan dunia keindahan
Semua rindu,
Rindu tuk kembali dalam dunia kehijauan,
Bukan tuk hinggap dalam dunia kesengsaraan
Langganan:
Postingan (Atom)